Rabu, 16 April 2014

[Cerita Mini #3] Mabuk Deadline

Posted by Menukil Aksara | 10:42:00 PM Categories:


Mabuk Deadline


“Hendak ke rental lagi, La?” tanya seorang kakak kelas menjawab pamitku.
“Iya, Mbak, mau dinas dulu nih, dikejar deadline,” jawabku ringan.
Akhir semester itu musimnya panen tugas akhir. Bagi mahasiswi rantau kere sepertiku, komputer adalah barang mewah tak terjangkau. Jadilah rental harapan satu-satunya. Biasanya sih masih bisa pinjam, tapi saat ini semua orang mendadak egois.
Besok laporan harus diserahkan. Esok pula pemberangkatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) ke daerah. Bagaimana dengan naskah cerpen yang wajib setor juga? Bismillah, akan beres semua malam ini, biidznillah; tekadku optimis.
Ketikan demi ketikan selesai. Saat telah di ujung eksekusi, kulirik jam dinding rental. “Subhanalloh, sudah dini hari!” pekikku dalam hati.
Panik, kukemasi perlengkapan tempurku, Seusai membayar, setengah berlari aku menjauhi rental 24 jam itu menuju rumah kos. Aku belum berkemas untuk KKP.

“Lala, ayo naik, di sini bis kita!” teriak seorang teman sekelompokku.
Begadang membuat mataku mutlak tak terpejam. Waktu tersisa kugunakan untuk berkemas semata. Kepalaku pening, bulir keringat dingin menetes satu persatu, diikuti rasa mual yang memberontak.
“Lala, kamu muntah?”sekonyong-konyong Nur berteriak panik ke arahku.
“Ya Alloh, mengapa harus saat ini?” aku menangis dalam hati.
Mati-matian aku menahan laju mualku, tapi mabuk daratku enggan mengalah. Perutku serasa dikocok dan dipelintir. Alhasil, sepanjang perjalanan aku hanya mampu pasrah. Bahkan sesampainya di kantor kecamatan dan desa tujuan, aku hanya mampu terduduk lunglai dengan muka seputih kain kafan. Sambutan dari para pejabat pun tak terdengar membosankan, karena memang tak sampai ke sumbu otakku.
“Sial betul aku hari ini,” rutukku dalam hati.
Entah rasa sakit atau malu yang lebih patut kucemaskan. Yang jelas, dalam rombongan ini ada satu mahasiswa yang diam-diam kusukai selama ini. Aku berharap dia tak menyadari keberadaanku, berkebalikan dengan hari-hari sebelum ini. Sungguh ironis.
        “Ya Alloh, Yang Maha Pemurah, satu-satunya pelipur lara hamba saat ini adalah lolosnya naskah cerpen hamba dalam kompetisi menulis,” pintaku sepenuh jiwa raga sembari mengaminkan sendiri doaku.

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube