Jumat, 10 November 2017

Bellamia: Interoffice Romance, Mungkinkah Berhasil?

Posted by Menukil Aksara | 9:42:00 AM Categories:
Judul buku               : Bellamia
Penulis                     : Ika Vihara
Penyunting              : Kuntari P. Januwarsi
Perancang sampul  : Nani Susianti
Penerbit                  : Phoenix Publisher
Cetakan                   : pertama, Agustus 2017
Tebal buku              : x + 294 hlm.; 14 x 21 cm

BLURB:
    Amia selalu percaya bahwa karier dan cinta tidak boleh berada di dalam gedung yang sama. Interoffice romance lebih banyak membawa kerugian bagi karier seseorang. Sudah banyak kejadian pegawai mengundurkan diri setelah putus cinta dan Amia tidak ingin megikuti jejak mereka.

    Selain di kantor, di mana Gavin bisa bertemu dengan gadis yang menarik perhatiannya? Gavin tidak ada waktu untuk ikut komunitas, tidak bertemu dengan teman kuliah maupun teman SMA dan lebih banyak menghabiskan hidup di kantor.

    Ketika Amia patah kaki dalam simulasi terorisme, Gavin—dengan alasan bertanggung jawab sebagai atasan—mulai membuka jalan untuk mengubah pandangan Amia. Namun Amia mengajukan satu syarat. 

    Merahasiakan hubungan dari semua orang.

SINOPSIS:
    “Every relationship, broken or not, has made us better person.” (hal. 23)

 “If someone truly wants to be with us, no external factors can stop them. If it does, that shows the priority they give us.” (hal. 46)

    “Engineer tidak diajari untuk berbohong.” (hal. 141)

Bellamia atau Amia bekerja di kantor yang didominasi karyawan pria, terutama para engineer. Meskipun begitu, dia justru sedang patah hati setelah putus dari mantan kekasih yang seorang pengacara. Namun, mantan kekasihnya ini tak sepenuhnya mau melepaskan. Ketika Amia sedang berusaha menyelesikan urusan dengan sang mantan kekasih, suatu hari, berdasarkan perintah atasan langsungnya, Amia diminta menyerahkan sesuatu ke seorang atasan bernama Gavin yang masih terasa asing di telinganya. Ternyata Gavin termasuk dalam top management atau yang biasa ia sebut bos besar. Bos besar satu ini baru pindah dan akan menempati rumah dinas. Pertemuan pertama Amia dengan Gavin sempat meninggalkan kesan tersendiri. Antara jengkel karena harus membantu Gavin, yang mana bukan merupakan job desc Amia, namun juga menyenangkan karena Gavin adalah sosok pria yang sangat menarik dari segi fisik dan penampilan. Dan ternyata demikian pula yang dirasakan Gavin, yang menganggap Amia menarik meskipun jutek dan suka ceplas-ceplos. 

    Pertemuan mereka disusul pertemuan-pertemuan tak disengaja lain, baik di kantor maupun di luar kantor. Hingga suatu hari, Amia menemukan Gavin di rumah orangtuanya, sedang mengobrol akrab dengan sang kakak, Adrien. Ternyata Gavin merupakan kawan lama semasa Adrien berkuliah di luar negeri. Bagi Gavin, fakta bahwa Amia adalah adik kesayangan Adrien menjadi tantangan tersendiri, karena Adrien sangat mengetahui masa lalu Gavin, terutama terkait petualangan cintanya di masa muda. Adrien sebenarnya tak setuju jika Gavin mendekati adiknya. Tetapi Gavin tak menyerah. Dia tetap melancarkan aksi pedekate langsung kepada Amia dengan berbagai cara. Amia pun luluh dan memberi Gavin kesempatan, dengan syarat bahwa kedekatan mereka harus dirahasiakan dari semua rekan kerja, kecuali Savara alias Vara, sahabat terdekat Amia di kantor.

    Pada awalnya hubungan Amia dan Gavin berjalan mulus. Hingga Gavin perlahan mulai kerap dihinggapi cemburu akibat rekan-rekan pria Amia yang terang-terangan mendekati, juga seringnya Gavin sulit dihubungi dan ditemui karena alasan kesibukan kerja. Perselisihan pun tak dapat dihindari. Puncaknya, suatu hari foto pribadi Amia bersama Gavin tersebar hingga cibiran dan sindiran terhadap Amia berdatangan. Disusul pula dengan masalah keluarga yang harus dihadapi Amia hingga menyebabkannya hilang kontak dengan Gavin selama beberapa waktu. Amia memang menyimpan sebuah rahasia besar tentang dirinya dan orangtuanya yang belum diketahui Gavin dan belum siap diceritakan. Di sinilah cinta mereka diuji dan dipertanyakan. Benarkah Amia siap menjalin komtmen serius dengan Gavin dan siapkah Gavin menerima Amia apa adanya. 


REVIEW:
    “Love, As it is an explosion of feeling. Seseorang tiba-tiba menjadi nomor satu dan mengalahkan segala hal lain dalam hidup.” (hal. 162)

    “Menurut Amia, jealousy is ten percent flattering and ninety percent annoying.” (hal. 193)

    “Orang-orang yang berhasil menjaga hubungannya—dengan pacar atau pasangan hidup—dalam waktu lama biasanya adalah orang yang tahu caranya ‘bertengkar’ dan tahu caranya mencegah pertengkaran agar tidak sampai membahayakan hubungan mereka.” (hal. 265)

    Baru kali ini saya membaca novel romance yang mengangkat topik utama interoffice romance. Mungkin bisa dibilang, mirip kisah cinta lokasi (cinlok), rasa suka yang disebabkan terbiasa bertemu atau berinteraksi. Namun menurut saya, kisah Amia dan Gavin ini cukup berbeda, karena Gavin bukan co-worker Amia, tetapi atasan dari atasan, sehingga dari dekripsi tugas mereka logisnya tak kerap terlibat interaksi langsung. Maka bisa dibilang, ini adalah kisah cinta yang bermula dari ketidaksengajaan pertemuan di tempat kerja yang sama, berlanjut ketertarikan dan perkenalan lain yang berproses mendekatkan Amia dan Gavin.

    Setting dunia kerja yang dipilih cukup unik, yaitu dunia engineering dan pembangkit listrik. Seharusnya banyak rekan kerja pria Amia yang tereksplor, namun penulis sengaja menfokuskan perhatian pembaca pada Gavin sebagai tokoh sentral. Sosok Gavin sekilas mendekati sempurna, dari segi fisik, penampilan, kecerdasan, latar belakang pendidikan, latar belakang keluarga, hingga dedikasinya pada profesi. Namun, lantas diungkapkan konflik-konflik pribadi yang membuka sisi-sisi lemah Gavin sehingga sosok ini menjadi sosok manusiawi yang nggak mustahil bisa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan sosok Amia saya rasa cukup familiar dalam novel romance umumnya. Cantik, berpenampilan menarik dan feminin, pintar, meskipun jutek dan ceplas-ceplos, juga dibesarkan dalam keluarga yang hangat. Sisi rahasia keluargalah yang kemudian menjadikan sosok Amia memiliki sisi msterius dan memendam luka. Dan penulis berhasil membuat saya penasaran dengan menahan detail rahasia itu hingga akhir.

Penggunaan POV orang ketiga menjadi pilihan aman. Alurnya pun relatif cepat, konfliknya padat tapi tak terkesan terlalu dipaksakan, gaya penulisannya santai, dipadukan dengan istilah dan pernyataan dalam bahasa Inggris. Secara keseluruhan sangat menghibur dan saya menikmati membacanya. Ada cukup banyak adegan lucu dan menyentil dan kutipan-kutipan yang tersebar yang menarik untuk diperhatikan. Bisa dikatakan, novel ini ‘quoteable’, cocok sekali bagi pembaca yang senang menandai berbagai pernyataan dalam novel yang dibaca. Ada satu kejutan manis yang dihadiahkan penulis di bagian paling akhir yang sukses membuat saya tersenyum. Saya juga menyukai unsur kisah keluarga di dalam novel ini, yang membuat novel ini menyentuh, selain menghibur. Kisah cinta yang sukses bikin baper dan kisahnya tak jauh dengan keseharian, terutama di dunia kerja kota besar.

“Their superordinate-subordinate reationship makes everything double trouble.”

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube