Minggu, 31 Desember 2017

Impian Demian: Mengorbankan Impian, Mungkinkah?

Posted by Menukil Aksara | 11:25:00 AM Categories:
Judul buku                : Impian Demian
Penulis                      : Nimas Aksan
Editor                       : Dion Rahman
Penerbit                    : PT Elex Media Komputindo
Tebal buku               : vii + 350 hlm.
Cetakan                   : pertama, 2017

BLURB:

    “Impianku bukan berada di sini bersamamu dan sepabrik dengan perempuan sensi lainnya yang bergerombol membahas lipstik. Aku mengambil jurusan arsitektur bukan iseng-iseng seperti saat kamu ikutan lotre dan buummm... namamu keluar sebagai pemenang. Aku ingin membuat gedung. Aku selalu membayangkan bisa membangun banyak sekali gedung tinggi yang indah di negeri-negeri yang jauh dari sini.”

    “Kenyataannya kamu telah berada di sini, Demian. Di gedung rusak yang harus kamu bangun kembali.”


    Impian Demian Radityawangga untuk menjadi arsitek gedung-gedung bertingkat di seluruh dunia terancam kandas ketika suatu ketika dia didatangi oleh Alexandra Hardianty, Public Relation dari Sara Cosmetic, perusahaan kosmetik yang diwariskan kedua orangtuanya. Alexandra membuka kenyataan bahwa dia memiliki kewajiban memimpin perusahaan yang sedang mulai sekarat itu, sebagai pengabdiannya pada mendiang sang ibu, Sara Amalia, pendiri Sara Cosmetic.

    Keadaan semakin memburuk ketika Demian berkonflik dengan Hilda, ibu tirinya, yang memegang hak cipta atas Aqualove, produk kosmetik temuan terbaru yang seharusnya bisa menolong Sara dari kebangkrutan.

    Mampukah Demian dan Alexandra bersama-sama mengatasi krisis dan menyelamatkan pabrik kosmetik yang nyaris bangkrut itu, sementara di sisi lain, kesempatan untuk meraih impiannya mulai memanggil-manggil?


SINOPSIS:

    Demian akhirnya lulus dan menyandang gelar sarjana teknik arsitektur dari sebuah universitas terkemuka di Bandung. Dia sempat tertinggal dari kedua sahabat karibnya, Rio dan Dewi, yang lebih dahulu diwisuda dan kini menghadiri upacara kelulusannya sebagai perwakilan keluarga. Demian yang belum lama kehilangan sosok ayahnya, menyusul kepergian ibunda tercinta bertahun-tahun sebelumnya, nyaris tak memiliki keluarga lain. Sebenarnya dia memiliki ibu tiri bernama Hilda dengan putri tunggalnya yang telah beranjak remaja, Lucia, namun mereka sama sekali tak berhubungan akrab layaknya sebuah keluarga. Bahkan, bisa dibilang Demian membenci Hilda yang mendadak hadir menggantikan posisi sang mama dulu. Hubungan Demian dengan mendiang papanya juga buruk akibat perlakuan keras sang papa yang berbeda jauh dengan kasih sayang dan kelembutan sang mama.

    Belum puas Demian menikmati euforia usai diwisuda, seorang perempuan muda yang tampak optimis datang menemuinya. Dia mengaku bernama Alexandra, pentolan Public Relation di perusahaan kosmetik yang sebelumnya dipimpin papa Demian. Alexandra menuntut Demian sesegera mungkin kembali ke Jakarta, menghadiri rapat penting perusahaan, dan memimpin menggantikan sang papa. Al—sebutan akrab Alexandra—juga mengungkap fakta bahwa perusahaan sedang mengalami krisis. Meskipun awalnya menolak mentah-mentah dan sempat menghindar datang ke kantor, Demian akhirnya muncul. Hanya satu hal yang membuatnya berusaha menghadapi kenyataan dan bersedia bertanggung jawab atas Sara Cosmetic, yaitu rasa sayangnya pada sang mama, sang pendiri perusahaan.

    Dalam perjalanan memikul amanat tersebut, Demian dan Alexandra menjadi dekat. Kedekatan hubungan Al dengan mendiang papa Demian—yang salah satunya dipicu hubungan persahabatan lama papa Demian dengan papa Alexandra—menjadikan sikap Al lebih cair kepada Demian. Keduanya pun tak sekadar bawahan-atasan tapi tim kompak dalam mengatasi krisis perusahaan. Al meminta Demian memperbaiki hubungan dengan Hilda dan Lucia, tak hanya demi kebaikannya, tapi juga demi Aqualove, produk temuan teranyar yang hak ciptanya dimiliki Hida. Jika rencana Hilda hengkang dari Sara Cosmetic benar-benar terjadi, maka bukan mustahil Aqualove akan jatuh ke pihak lain. Permintaan berat yang tak serta merta disepakati Demian. Hingga suatu ketika, minggatnya Lucia dari rumah menjadi pengubah segalanya. Walaupun insiden Lucia sempat menyebabkan kesalahpahaman besar dan keretakan hubungan Demian, Rio, dan Dewi, namun juga membuka jalan perdamaian dengan Hilda.

    Kepiawaian Al dalam menyusun strategi ‘penyelamatan’ patut diacungi jempol. Sosoknya tentu saja sangat dibutuhkan perusahaan dalam jangka panjang. Al bahkan berhasil melobi seorang konglomerat untuk berinvestasi. Tapi, kabar pertunangan dan rencana pernikahan dalam waktu dekat antara Al dengan Rivan, jelas buruk bagi Demian. Apa lagi dia sebenarnya memendam rasa pada Al. Selama ini, masalah keluarga secara tak sadar membuatnya takut berkomitmen. Sementara itu, impian menjadi arsitek lewat Cornery Block—sebuah perusahaan bonafit—telah  memanggil-manggil di depan mata. Maka kali ini, Demian diuji sekali lagi untuk memperjuangkan tak hanya impian menjadi arsitek tapi juga mimpi masa depan bersama wanita yang dicintainya.


REVIEW:

    “Dalam menjalankan sesuatu, kita harus totalitas. Jangan nanggung, karena katanya kita hanya akan menjadi orang yang biasa-biasa saja.” (hlm. 192)

    “... kamu akan menjadi dewasa karena kekecewaan. Kamu akan menjadi dewasa karena terluka. Kamu akan menjadi dewasa karena terluka. Kamu akan menjadi dewasa justru karena hal-hal menyakitkan yang kamu terima, dan hal-hal yang kamu inginkan tapi nggak bisa kamu dapatkan.” (hlm. 286)

    Sesuai judul yang mengisyaratkan bahwa kisah ini adalah tentang Demian dan ‘milik’ Demian, maka tepat menurut saya jika POV yang digunakan adalah orang pertama, aku—Demian. Saya jadi keasyikan ‘menguliti’ cara berpikir dan apa saja yang dirasakan Demian, sang tokoh utama. Menurut saya, Mbak Nimas cukup berhasil membawakan peran tokoh laki-laki dengan segala konflik batinnya di sini. Demian yang anak tunggal, sangat menyayangi mamanya, cenderung membenci ayahnya karena prasangka, takut berkomitmen terutama dengan perempuan sehingga mendapat imej player, tapi punya impian menjadi arsitek besar. Kedekatan dan keakraban interaksi Demian dengan Rio dan Dewi pun tergambarkan secara baik dengan menghadirkan sosok mama Rio dan sapaan akrab serta banyolan khas tiga sahabat karib yang kerap membuat saya tertawa. Sebut saja trio Harry Potter, Ron Weasley, dan Hermione, juga Frodo dari “LOTR”, serta Arthur si robot android dari “Passengers” yang diselipkan sepanjang cerita dan ternyata cocok dengan selera humor saya. Tak lupa deskripsi fisik dan karakter Rio maupun Dewi yang tak jarang kocak juga. Mungkin jika saya membaca di sebelah seseorang, saya akan tertular kebiasaan buruk Dewi tertawa sambil memukul orang di dekatnya, hehe...

    Kehadiran Alexandra sebagai tokoh sentral lain, sekaligus ‘partner in crime’ Demian, tak hanya di kantor tapi juga di luar kantor, juga membuat cerita lebih seru. Saya suka karakter Al yang dewasa, patuh dan sayang pada sang mama, selalu optimis, ramah, dan cerdas. Gambaran sosok wanita muda masa kini yang tak kehilangan kebaikan hati meski harus mengikuti gaya hidup wanita karir di kota megapolitan Jakarta. Chemistry antara Al dengan Demian pun pas, walaupun bagi saya kisah romansa mereka tak mendominasi. Bisa dimaklumi, karena kisah ini bersetting dua dunia bisnis dan profesi yang bertolak belakang dan konflik utama yang harus lebih mendapat perhatian penulis.

    Dan masih menyambung, setting dunia bisnis dan pabrik kosmetik dengan segala lika-likunya dipaparkan dengan cukup baik. Saya jadi tahu lebih banyak informasi terkait dunia bisnis yang notabene berfokus mempercantik penampilan kaum hawa ini. Juga peran public relation dalam menaikkan imej produk dan nama perusahaan dan keutamaannya dalam sebuah perusahaan berskala besar. Pemaparan lewat dialog antartokoh juga membantu sehingga lebih mudah saya pahami dan tak terkesan membosankan. Konflik keuangan perusahaan dan konflik batin para tokohnya juga tercipta dengan plot yang apik dan alur maju (dengan sesekali kilasan ingatan tokoh akan masa lalu) yang relatif cepat. Saya juga menghargai unsur kisah keluarga dan persahabatan di sini yang sangat terasa, juga pesan moral akan kedewasaan. Plot twist tetap ada, meskipun saya bisa meraba garis besar penyelesaian konflik. Selain itu, di bagian akhir ada secuil kisah penutup tak terduga yang menghibur.

    Secara keseluruhan, saya puas dan suka dengan novel ini, yang juga merupakan salah satu judul dari seri ‘City Lite’ Elex Media. Saya jadi tak sabar membaca judul lain dari seri terbaru ini. “Impian Demian” saya rekomendasikan bagi kalian yang suka membaca kisah romansa ala kota megapolitan atau metropolitan dengan kesibukan dunia perkantoran dan gaya hidup modernnya.

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube