Jumat, 12 Januari 2018

Alfa & Omega: Awal dari Sesuatu yang Tidak Pernah Berakhir

Posted by Menukil Aksara | 11:09:00 AM Categories:
Judul buku              : Alfa & Omega: Awal Tanpa Akhir
Penulis                    : Oda Sekar Ayu
Penyunting              : Afrianty P. Pardede
Penerbit                  : PT Elex Media Komputindo
Tebal buku              : vii + 307 hlm.
Cetakan                  : pertama, 2018

BLURB:
    Alfa adalah laki-laki pertama yang mencuri hati Omega. Ketika Zeta, adik Alfa sekaligus sahabatnya menentang perasaan Omega, dia menyerah. Sepuluh tahun setelah hari itu takdir mengikat mereka dengan satu kejadian yang terlalu biasa. Karena segala hal yang biasa membuat setiap orang terlena, lupa akan tujuannya dan diam-diam melupakan niatnya. Alfa dan Omega adalah akhir dari sesuatu yang tidak berawal. Atau justru awal dari sesuatu yang tidak berakhir?

SINOPSIS:

    Omega mengenal Alfa semenjak masih duduk di bangku sekolah menengah atas, ketika Zeta sahabatnya memperkenalkan Alfa sebagai kakak laki-laki kesayangannya. Omega jatuh cinta pada Alfa, namun perasaannya hanya mampu disimpan diam-diam. Apalagi Alfa kala itu sudah memiliki kekasih bernama Gema yang dipandang sempurna, tak hanya oleh Alfa tapi juga Zeta. Hingga suatu ketika Alfa putus dengan Gema dan membuatnya terpuruk. Omega yang tak mampu berbuat apa-apa tapi juga tak bisa menyaksikan hal itu memilih meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studi dan meneruskan hidup. Baginya, Alfa lantas menjadi sebatas ilusi atau mimpi yang tak akan pernah teraih.

    Sepuluh tahun kemudian, Omega yang sudah menjadi seorang auditor, senior manager sebuah kantor akuntan publik (KAP) secara tak terduga bertemu dengan Alfa. Kali ini mereka dipertemukan sebagai auditor dan klien. Alfa sebagai Chief Financial Officer alias CFO PT Golden Greek mewakili perusahaan mengurus kerja sama dengan Omega dan timnya. Meski Meg masih tetap berhubungan akrab dengan Zeta, dan beberapa kali selama bertahun-tahun bertemu Alfa juga, tapi pertemuan kerja ini membuka jalan kedekatan yang tidak terduga.

    Di lain pihak, ada Barry, gitaris band jazz ternama, Zero, yang menjadi kekasih Meg sekarang. Meg menyebutnya sebagai ‘the first boy-best-friend she has ever had in her life’. Leo, vokalis Zero juga telah berstatus sebagai suami Zeta. Sayangnya, hubungan mereka yang tampak bahagia dan mulus dari luar sebenarnya menyembunyikan bom waktu yang siap meledak kapan saja. Hubungan asmara tersebut tak dipublikasikan pada khalayak sehingga kerap memicu perselisihan dan kesalahpahaman melihat status Barry sebagai figur publik. Puncaknya, Meg dan Barry putus secara baik-baik. Ada hal rumit lain yang tak diduga menjadi alasan terbesar kandasnya hubungan mereka.

    Bagi Alfa, Meg sekarang mendadak tak sama lagi dengan yang dikenal bertahun-tahun lalu. Alfa kini mulai memandang Meg sebagai pribadi yang bukan sekadar ‘teman baik adik’, tapi Meg sebagai Meg. Keakraban mereka berdua di luar jam kantor yang sempat terendus beberapa rekan kerja Meg sempat menimbulkan prasangka dan kecemburuan, terutama dari rekan kerja wanita. Meg sendiri enggan menjelaskan bahwa dia mengenal Alfa jauh sebelum ada proyek kerja sama. Lagi pula, tak ada yang berubah di mata Meg. Baginya, Alfa sekadar merasa nyaman bergaul dengannya, bukan jatuh cinta padanya. Masalah baru timbul ketika Zeta mengundang Gema sang mantan terindah Alfa di sebuah acara keluarga tanpa sepengetahuan Alfa. Agaknya Zeta masih berharap kakaknya bersatu kembali dengan Gema. Meg kembali sakit hati tanpa bisa dicegah menyaksikan pertemuan tersebut hingga menyebabkan sakit dadanya kambuh. Barry pun maju sebagai sosok teman pria yang paling memahami dan menjaga Meg. Tak hanya itu, ketika Meg jatuh sakit karena kerja lembur berlebihan, Barry pun siap sedia membantu tanpa diminta, meskipun Alfa juga jelas menolong. Hal ini mencuatkan kembali pertanyaaan antarmereka, siapa yang lebh layak? Meg pun dihadapkan pada pilihan, antara ilusi dengan realita.

REVIEW:
    “Peraturan pertama bersosialisasi di era penuh ketidakpastian seperti sekarang ini adalah dilarang bawa perasaan alias BAPER.” (hlm. 66)

“Bahagia untuk diri sendiri dulu sebelum membahagiakan orang lain.” (hlm. 92)

“Kata orang salah satu pertanda hati sedang berbunga-bunga adalah manakala dunia terlihat lebih berwarna... Ketika sedang menyukai seseorang, seluruh warna akan terlihat lebih nyata di pandangan manusia.” (hlm. 104)

    “Cinta adalah sesuatu yang rumit dan tidak dengan semudah itu dijelaskan oleh angka maupun skala.”  (hlm. 261)

    “Ironi adalah saat kita merasa bahagia melihat orang lain sedemikian cinta pada kita hingga mengeluarkan air mata, namun kita sendiri tidak akan pernah bisa bahagia melihatnya berurai air mata.” (hlm. 273)

    “... jatuh cinta bisa membuat orang menangis, tertawa, bahagia dan bersedih di saat yang sama.” (hlm. 273)

    Novel ini merupakan salah satu judul lagi dari seri City Lite yang diterbitkan Elex Media. Dan lagi-lagi mengambil latar kehidupan kerja dengan persaingn ketat di kota megaoplitan Jakarta, tentu saja. Kali ini yang disorot adalah dunia profesi auditor, terutama di kantor akuntan publik. Selalu berkutat dengan angka-angka dan laporan keuangan, hingga lembur yang jauh melebihi batas jam kantor demi menyelesaikan proyek dengan klien, merupakan fakta yang disuguhkan di sini. Cukup banyak penjelasan dunia auditing dan istilah-istilahnya yang dicantumkan juga, ada yang dilengkapi dengan catatan kaki. Meskipun cukup rumit bagi orang awam, saya masih bisa mengikuti penjelasan yang diberikan. Selain itu, profesi tokoh utama pria sebagai CFO sebuah perusahaan juga terbilang baru bagi saya, setelah selama ini lebih familier dengan CEO, direktur, General Manager, atau Presdir. Tentu saja ini menjadi poin plus novel. Adegan-adegan yang dilatarbelakangi hiruk-pikuk dunia kerja mereka juga sangat terasa, sehingga saya puas.

    Mengenai karakter, saya lumayan menemukan keterikatan dengan sosok Omega. Bukan secara profesi, namun dari sifatnya yang tertutup, sangat menjaga rahasia pribadinya, tak sadar suka menyakiti diri sendiri, terkesan judes, dan suka memperumit segala sesuatu. Selain itu, saya suka Meg yang loyal pada sahabat baik, disegani rekan kerja karena dedikasinya, otaknya yang cerdas, dan tentu saja mata birunya yang khas sekaligus unik itu. Karakter ini cocok banget bagi seseorang yang digambarkan memendam cinta hingga bertahun-tahun. Lantas, sosok Alfa yang nyaris sempurna, terkesan ‘laki banget’, dengan segala deskripsi karakter, gesture, bahkan kendaraan jip Wrangler biru dan hobi memanahnya sukses membuat pembaca perempuan baper, saya rasa. Saya yakin, banyak pembaca akan jatuh cinta dengan sosok ini, walaupun bisa juga tak mampu menolak karisma seorang Barry, gitaris band yang manis banget sebagai sosok ‘best boyfriend ever’, hehe... Chemistry antara Alfa dan Omega, ataupun Meg dan Barry juga terasa, bahkan membuat pembawa terbawa emosi. Ada detail momen-momen kebersamaan yang cukup apik dibangun penulis, semisal acara tebak kata dan makan bareng di warung pinggir jalan saat dini hari.

    Ada pula karakter yang nggak terlampau banyak menyita porsi cerita tapi tetap mampu bikin gemas, seperti Amanda yang bermulut tajam dan suka iri dengan kebahagiaan orang lain, atau Zeta yang sebenarnya nggak jauh beda dengan sang kakak, sangat tidak peka dengan perasaan orang lain dan kerap lebih memilih memandang hal dari sudut pandangnya yang sempit. Tapi ada juga sosok Reza, rekan kerja yang setia kawan dan pengertian, yang bikin saya menerka-nerka, siapa tahu sosok satu ini akan muncul lagi jika ada sekuel cerita, hehe... Oda Sekar Ayu juga suka mengaduk-aduk emosi pembaca lewat permainan kata-katanya dalam narasi.

    Kisah keluarga dan persahabatan di dalam novel ini juga membuat saya makin suka. Ibaratnya novel ini komplet, tak sekadar menawarkan romance kontemporer. Wajib dibaca bagi para penggemar romance, terutama dengan setting kota besar beserta gambaran gaya hidupnya yang khas. Ditunggu kisah berikutnya yang lebih bikin baper.
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube