Senin, 19 Maret 2018

Break A Leg: Umur Perkenalan vs Kebahagiaan Pernikahan

Posted by Menukil Aksara | 10:28:00 AM Categories:
Judul buku              : Break A Leg
Penulis                    : Umi Astuti
Editor                     : Anggia Eka & Cikal Ringgin Paneduh
Penerbit                  : Namina Books
Cetakan                  : pertama, 2018
Tebal buku              : 316 hlm
ISBN                      : 978-602-60229-9-8

BLURB:
    Angesti adalah seorang Program Director di sebuah televisi swasta. Ia dikelilingi lingkungan yang super konyol—kalau tak mau disebut gesrek—bahkan keluarganya sendiri seperti itu.

    Untuk itu, di usianya yang sudah 28 tahun, ia bertekad bisa mendapatkan lelaki serius agar hidupnya lebih tertata. Ia lalu dikenalkan oleh Bima—sahabatnya—kepada Adam.

    Berharap, mungkin saja Adam adalah tipe yang ia cari. Ternyata tidak. Adam sama konyolnya dengan yang lain.

    Sampai suatu ketika, ia menemukan seorang lelaki serius dari lembaga yang serius pula: Komisi Penyiaran Indonesia, hanya lewat cerita sekilas Ajimara—bosnya. Mulailah Angesti mencari tahu tentang lelaki itu di media sosial. Twitter adalah satu-satunya jalan penghubung keduanya.

    Berhasilkah Angesti mendapatkan lelaki idamannya? Atau ia memang harus menerima nasib berjodoh dengan makhluk konyol lain?

SINOPSIS:
    “Aku suka lelaki humoris. Tapi, you know, di umur aku yang sekarang, enggak mungkin cuma berpikir memperbanyak teman. Aku butuh pasangan! Untuk itu, lelaki humoris tidak masuk ke dalam list kriteria mencari pasangan ala Angesti, karena mereka cocok untuk dijadikan teman.” (hlm. 62-63)

    Angesti Anindya Niswara, seorang Program Director program berita di sebuah televisi swasta nasional selalu dikelilingi oleh orang-orang konyol atau kerap disebutnya gesrek. Bahkan keluarganya sendiri pun demikian. Papa, mama, om, tante, hingga keponakan lelakinya gemar sekali bercanda, bahkan belakangan senang menggoda mengenai status kejomloannya. Teman-teman kantornya di grup chat CMIIWW dan ToTaTi pun sama gilanya jika sudah bercanda. Candaan yang cenderung vulgar tanpa autofilter. Di grup ToTaTi—yang diambil dari nama kafe langganan dekat kantor—Ange sengaja mengumpulkan dua teman kantor akrabnya, Bima Fattan dan Alisa Adrenia Sukmadewi. Alisa bahkan mengontrak salah satu rumah di lingkungan tempat tinggal keluarga Ange. Ange, Bima, dan Alisa merasa memiliki minat dan karakter yang mirip sehingga cocok satu sama lain dan tak segan saling bercerita banyak hal yang bersifat pribadi.

    Walaupun gesrek, Ange sebenarnya gadis yang punya prinsip kuat. Karena usianya yang ke-28 ini dianggap sudah matang untuk menikah, sebagai anak tunggal ia mulai direcoki dengan pertanyaan-pertanyaan seputar calon suami oleh keluarganya. Dan karena terbiasa bergaul dengan orang-orang yang (kelewat) humoris, Ange berprinsip bahwa calon suami idamannya haruslah tipe lelaki serius. Cukuplah oarng-orang humoris dijadikan teman saja. Seolah menjawab keinginannya, atasannya Ajimara sempat menyebut-nyebut seorang pria serius—yang bahkan dijuluki ‘kanebo kering’—dari Komisi Penyiaran Indonesia. Pria yang lantas diketahui sebagai Kabag Humas itu bernama Farhan Afriandi. Memiliki wajah blasteran yang rupawan dan postur tubuh yang tinggi atletis, Farhan sukses menarik perhatian Ange. Suatu ketika, Ange tak sengaja menemukan akun Twitter dan cuitannya. Nekat, ia pun membalas cuitan yang sebenarnya bernada serius itu dengan cuitan jenaka, sebagai aksi pendekatan. Sayang, aksinya itu tak berbuah semanis harapan. Namun rupanya takdir mempertemukan Ange dengan Farhan di sebuah rumah sakit, ketika mengantarkan tetangga tampannya, Hamish. Pertemuan yang kikuk dan sama tak manisnya dengan balasan cuitan.

    Di lain pihak, Alisa sedang dirundung kesedihan mengenai hubungannya dengan sang kekasih yang bermasalah. Abam, dianggap sebagai tipikal lelaki serius, tapi tak tegas mengenai hubungannya. Hal ini sempat membuat Ange mempertanyakan lagi prinsipnya. Sedangkan Bima berusaha mendekatkan Ange dengan seorang Programming temannya dari stasiun televisi sebelah bernama Adam. Sayangnya, ternyata Adam tipikal lelaki humoris seperti Bima sehingga Ange lebih ingin berteman ketimbang mempertimbangkannya sebagai kekasih apalagi calon suami. Meski demikian, Adam dan Ange cukup sering keluar bareng. Suatu hari, Ange dikejutkan kemunculan Farhan di kantornya yang ternyata berniat menjemput, padahal dia sudah lebih dulu membuat janji dengan Adam. Tak hanya itu, Farhan juga mendadak berkunjung ke rumah Ange dan bertemu sang mama. Seiring berjalannya waktu, Ange meminta kejelasan status kedekatan mereka kepada Farhan, karena sejak awal dia sudah menegaskan bahwa dia tidak sedang ingin menjalin hubungan sebatas teman. 

Sempat kecewa dan menyalahkan diri atas reaksi Farhan yang tak sesuai harapan, Ange kembali dikejutkan kehadiran Farhan. Kali ini Farhan bahkan membuatnya syok dengan jawaban atas status yang pernah ditanyakan. Farhan mengatakan bahwa dalam waktu dekat keluarganya akan datang untuk melamar. Antara senang dengan kaget, Ange sempat dilanda keraguan akan pilihannya. Dia belum terlalu mengenal Farhan apalagi keluarganya, tapi sudah satu langkah mendekati pernikahan. Di hari lamaran, terungkap ayah Farhan yang ternyata seorang pejabat penting. Tak hanya itu, Farhan juga memiliki adik perempuan tiri yang tabiatnya ‘super ajaib’, sangat jauh berbeda dengan karakter Farhan. Di masa persiapan pesta pernikahan pun Farhan berubah sikap dan kerap melanggar janji temu. Di sinilah Ange diuji atas keyakinannya kepada Farhan dan pernikahannya yang tak lama lagi digelar. Benarkah Farhan calon suami yang selama ini diidamkannya, terlepas dari ketertarikan secara fisik dan pesona di masa awal perkenalan?


REVIEW:

    “Lelaki itu dilihat dari apa yang dia ucapkan kemudian dibuktikan melalui tindakannya.”
(hlm. 238)

    “... Jangan ngebayangin kalau lu nikah terus selamanya lu bahagia. Bukan itu. Kesulitan, kesedihan, bahkan perpisahan udah siap menyambut lu di depan sana. Dan, lu cuma perlu pegang satu senjata: keyakinan.” (hlm. 262)

    Sebuah cerita bergenre comedy-romance dengan premis menarik. Saya suka sekali dengan pilihan kover dan ilustrasi cantik untuk pembatas bukunya. Pilihan judul juga menarik; yang setelah saya cari tahu lebih jelas ternyata mengambil bahasa slang English yang bersinonim dengan ungkapan ‘good luck’. Diceritakan menggunakan POV orang pertama (Ange), kisah pencarian jodoh idaman ini bergaya bahasa mengalir dan nyaman untuk diikuti. Banyak diselipi celetukan dan obrolan mengenai topik yang sedang hangat dibicarakan (ketika naskah ditulis) dari dunia politik dan hiburan, maupun pendapat pribadi para tokoh mengenai prinsip hidup, dengan gaya santai dan mengundang tawa. Saya diajak menyelami karakter Ange yang meskipun konyol tapi cerdas dan berprinsip jelas mengenai mencari pasangan untuk pernikahan. Suka juga dengan karakter para tokoh lain, seperti Bima, Alisa, Adam, rekan-rekan kerja di IndoTV, dan keluarga Ange. Saya bisa merasakan chemistry yang terbentuk antartokoh, terutama interaksi antara Ange dengan keluarga dan kedua sahabatnya yang terasa akrab. Meskipun saya kerap dibikin gemas dengan karakter Farhan yang kaku dan misterius, tetap ada sisi-sisi karakternya yang menarik simpati. Apalagi novel yang pernah tayang di Wattpad ini menyediakan bonus cerita di bagian akhir, sehingga pembaca dimanjakan dengan akhir kisah yang detail dan memuaskan.

    Mengenai seting dunia penyiaran, menurut saya berhasil dibangun dengan apik oleh penulis semenjak halaman pertama. Menyajikan istilah-istilah dan deskripsi yang cukup detail seputar dunia broadcast, sebagai pembaca ekspektasi saya terbayarkan. Nuansa dunia kerja di kota megapolitan Jakarta pun terasa. Penulis juga menyuguhkan seting lain seperti kafe yang berdesain interior unik dengan deskripsi yang cukup mengesankan dan membuat saya penasaran.

    Alur yang dipilih adalah alur maju dengan plot yang rapi. Penulis berhasil mengungkap bertahap kejutan demi kejutan sehingga pembaca dibuat penasaran dan betah membaca hingga akhir. Konflik utama yang emosional dan keraguan yang sempat mendera Ange pun turut saya rasakan. Tapi penulis tak lupa juga memberikan alasan yang logis terkait keraguan ini sekaligus jawaban atas sosok Farhan dan keluarganya.
Lewat kisah ini, menurut saya penulis ingin menyampaikan pentingnya prinsip dalam mencari pasangan hidup. Bahwa cinta saja tidak cukup dalam membangun pernikahan. Hal terpenting lain adalah keyakinan, komitmen, dan komunikasi yang baik dengan pasangan. Dan, yakinlah bahwa Tuhan selalu memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan semata, termasuk perkara jodoh. Novel yang segar, menghibur sekaligus memuat pesan moral yang kuat. Recommended.

1 komentar:

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube